contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Jumat, 25 November 2011

A.          PENGERTIAN MASYARAKAT INDONESIA

         Definisi dari masyarakat sangatlah beragam. Banyak pakar yang mencoba menjelaskan pengertian masyarakat menurut pendapat mereka sendiri. Dalam sosiologi, masyarakat dapat diartikan sebagai sekumpulan individu yang menempati suatu wilayah dimana mereka memiliki kepentingan dan tujuan yang sama yaitu pemenuhan kebutuhan. Menurut pendapat Hendropuspito OC. (1989), mendefinisikan masyarakat sebagai suatu kesatuan yang tetap dari orang-orang yang hidup di daerah tertentu dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok berdasarkan kebudayaan yang sama untuk mencapai kepentingan yang sama. Masyarakat menurut Hendropuspito OC. memiliki ciri-ciri: (1) mempunyai wilayah dan batas yang jelas, (2) merupakan satu kesatuan penduduk, (3) terdiri atas kelompok-kelompok fungsional yang heterogen, (4) mengemban fungsi umum dan (5) memiliki kebudayaan yang sama.
          Pakar lain yaitu Koentjaraningrat mengartikan masyarakat sebagai kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu system adat istiadat tertentu yang bersifat kontinue dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Bagi Talcott Parsons, masyarakat adalah suatu system sosial yang harus memenuhi empat syarat agar dapat berfungsi, yaitu (1) penyesuaian masyarakat dengan lingkungan, (2) anggota masyarakat harus sepakat akan ketentuan untuk memilih, mengetahui dan memahami tujuan kolektif dengan menyusun struktur tertentu, (3) penentuan anggota masyarakat agar dapat memainkan peranan dan mematuhi nilai-nilai serta menyelesaikan konflik dalam berinteraksi, (4) terjadi integrasi dari keadaan masyarakat, individu dan institusi dikontrol oleh unsur atau bagian tertentu agar sistem sosial terpelihara.
         Definisi masyarakat begitu beragam, maka sangatlah rumit untuk menyatukan pendapat-pendapat tersebut menjadi satu sehingga perlu ada landasan untuk menyatukan pendapat tersebut dari segi ciri-ciri masyarakatnya. Unsur-unsur menonjol yang merupakan bagian dari ciri masyarakat, yaitu di antaranya:
ü  Masyarakat memiliki suatu perasaan bersatu, bahkan jiwa kebersamaan yang relatif kuat sampai pada tingkat kepentingan tertentu.
ü  Kelompok manusia tersebut hidup dan bekerja dalam suatu kerangka yang sama untuk waktu yang lama.
ü  Kelompok manusia tersebut menyelenggarakan hidupnya dalam suatu kerangka organisatoris yang tumbuh dari kebiasaan atau kesepakatan bersama.
ü  Kelompok manusia tersebut terdiri dari kelompok-kelompok yang lebih kecil baik kelompok dalam alur genealogis maupun dalam alur organisatoris (Kusumohamidjojo,2000).
            Selanjutnya mengenai pengertian masyarakat Indonesia itu sendiri, masyarakat Indonesia dapat diartikan sebagai sekumpulan individu yang menempati wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dimana mereka mempunyai satu tujuan dan mempunyai satu landasan dasar ideologi yaitu Pancasila. Masyarakat merupakan bagian terpenting dalam bangsa Indonesia karena masyarakatlah yang menjalankan proses kehidupan berbangsa dan bernegara serta merekalah yang menjalankan roda kehidupan di negara ini. Negara ini tidak akan berjalan bila tidak ada masyarakat di dalamnya karena pasti tidak akan ada pemeran yang menjalankan proses pemerintahan di negara ini.

B.     STRUKTUR MASYARAKAT INDONESIA
            Dilihat dari faktor pembentuknya, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku dan etnik yang menjadi satu tanpa menghilangkan sifat khas dari masing-masing etnik tersebut. Kurang lebih sekitar 500 suku bangsa yang ada di Indonesia mulai dari Sabang samapai Merauke. Heterogenitas yang ada tidak kemudian menyebabkan adanya jurang pemisah yang membatasi lingkup interaksi antar suku bangsa, namun hal itu justru bisa menjadi semacam alat pemersatu yang menjadi simbol bahwa budaya bangsa Indonesia masih tetap eksis hingga saat ini. Keadaan seperti dapat menimbulkan keadaan integrasi kebudayaan dimana antara satu budaya dengan budaya lain tidak saling bersinggungan dan mencapai titik aman yang disebut integrasi budaya. Namun di samping itu, hal seperti ini juga dapat memunculkan gejala disintegrasi seperti perpecahan, konflik, dan hal-hal lain yang dapat mengganggu kestabilan di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
            Menurut pendapat Nasikun (1993), struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh dua cirri yang bersifat unik, yaitu: (1) secara horizontal, ia ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan kedaerahan, Hal ini misalnya di pulau Jawa terdapat suku Sunda, Jawa, dan Madura yang mempunyai corak kebudayaan sendiri dan cirri-ciri yang membedakan antara satu budaya dengan budaya yang lain. (2) secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia ditandai oleh adanya perbedaan-perbedaan vertikal antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam. Hal ini misalnya dalam budaya masyarakat Bali masih mengenal adanya pembedaan status seseorang berdasarkan kasta yang kemudian berpengaruh terhadap pola interaksi yang dijalankan di dalam kehidupan bermasyarakat. Contoh lain adalah misalnya dalam segi profesi, misalnya dalam suatu wilayah terdapat orang yang mempunyai jabatan direktur perusahaan yang memiliki penghasilan begitu besar, namun tak jauh dari tempat tinggalnya muncul profesi seorang pemulung yang begitu memprihatinkan dari segi gaji dan lingkungan pekerjaannya.
            Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang terbagi-bagi ke dalam sub-sub sistem yang kurang lebih berdiri sendiri-sendiri dimana masing-masing sub sistem terikat ke dalam ikatan yang bersifar primordial atau bersifat kedaerahan. Suatu masyarakat dapat dikatakan majemuk sejauh masyarakat tersebut secara struktural memiliki sub-sub kebudayaan yang bersifat diverse. Masyarakat seperti ini ditandai oleh kurang berkembangnya sistem nilai yang disepakati oleh seluruh anggota masyarakat dan seringnya timbul konflik-konflik sosial yang saling ketergantungan diantara kesatuan-kesatuan sosial yang ada di dalamnya. Biasanya konflik tersebut dipicu oleh masalah-masalah sepele yang kemudian justru menjadi dasar pemicu munculnya konflik antar suku yang kemungkinan besar dapat menimbulkan perpecahan di dalam masyarakat itu sendiri. Terlepas dari hal tersebut masyarakat majemuk mempunyai segi positif yang cukup penting yaitu menimbulkan jiwa cinta daerah yang begitu kuat sehingga kemudian dalam jiwa orang tersebut tertanam nilai-nilai bahwa dia harus mempertahankan budaya yang dimiliki tersebut dari pihak lain yang berniat merusak eksistensi keberadaan budaya tersebut tersendiri. Jadi kemudian muncul ketidakrelaan apabila sampai ada pihak dari luar maupun dari dalam yang berniat merusak kebudayaan itu sendiri. Selanjutnya, Berghe membedakan kemajemukan sosial dan kemajemukan budaya.Kemajemukan sosial berwujud juga masyarakat dipecahkan dalam kelompok kerjasama atas dasr lainnya bukan atas dasar kebudayaan. Kemajemukan budaya adalah masyarakat majemuk yang timbul atas berwujudnya beberapa  kelompok etnik. Selanjutnya, Berghe mengemukakan ciri-ciri masyarakat majemuk yaitu sebagai berikut:
ü  Ketiadaan konsesnsus nilai-nilai
ü  Beranekaragam kebudayaan
ü  Terjadi konflik diantara kelompok yang berlainan
ü  Otonomi atau kebebasan diantara bagian-bagian dalam sistem sosial
ü  Diperlukan paksaan dan saling ketergantungan dalam ekonomi sebagai dasar intregrasi sosial
ü  Terjadi dominasi politik oleh golongan-golongan tertentu
ü  Relasi antar kelompok lebih merupakan kebutuhan sampingan, sedangkan relasi dalam kelompoknya lebih merupakan kebutuhan inti (Garna:1996)
            Dapat dikatakan bahwa masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk atau masyarakat plural karena masyarakatnya yang terbagi-bagi menurut kebudayaan, suku bangsa, etnik, ras, dan agama. Hal itu juga merupakan bagian dari kekayaan bangsa Indonesia yang perlu dijaga agr nantinya tidak lekang oleh perkembangan arus globalisasi yang begitu deras saat ini.

CKAITAN HETEROGENITAS MASYARAKAT INDONESIA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DALAM MASYARAKAT
                  Kemajemukan masyarakat Indonesia tentunya menjadi suatu kelebihan tersendiri bagi bangsa Indonesia karena dengan adanya hal tersebut itu artinya bangsa Indonesia memiliki.kekayaan budaya yang begitu besar dan begitu unik. Kemajemukakan budaya tentunya nantinya akan menimbulkan gesekan dalam kehidupan bersosialisasi yang apabila tidak ada upaya antisipasi untuk meredam gesekan tersebut akan berakibat pada timbulnya konflik dalam masyarakat itu sendiri. Upaya itu biasanya berbentuk penanaman akan jiwa multikultural yang memandang adanya perbedaan di sekitar dan harus menghargai perbedaan tersebut karena tidak semua hal dapat disamakan dengan keadaan yang dimiliki saat ini.
                  Interaksi sosial sangatlah penting guna memenuhi kebutuhan hidup yang memaksa seseorang untuk dapat berhubungan dengan orang lain, karena manusia tidak bisa hidup sendiri di dunia ini. Namun karena adanya kemajemukan masyarakat Indonesia baik dari segi budaya, adapt, agama, atau lainnya, kemudian membentuk semacam pembatas yang kemudian membatasi lingkup interaksi antara suatu masyarakat dengan masyarakat lain. Hal ini tentunya dapat dicegah namun tentunya perlu ada semacam upaya serius untuk meyakinkan kepada masyarakat bahwa kemajemukan itu tidak buruk. Salah satu contoh konkrit yang terjadi dalam masyarakat adalah, misalkan dalam suatu kampung hidup dua orang laki-laki yang bertetangga dan berbeda adat. Si A merupakan orang asli Jawa, sedangkan si B merupakan keturunan etnis Batak. Pada suatu hari mereka pergi makan bersama di sebuah warung makan. Saat keduanya sedang makan, tiba-tiba si B meminta diambilkan saus kepada si A namun dengan suara yang keras dan terkesan kasar. Bila dalam diri si A tidak tertanam jiwa toleransi tentunya hal itu sudah berujung pada keributan. Hal itu karena si A yang merupakan etnis Jawa terbiasa bila meminta bantuan kepada orang lain dengan bahasa yang baik dan suara yang lembut, tetapi mtidak untuk si B yang merupakan etnis Batak yang memang dalam lingkungannya telah terbiasa berbicara dengan suara yang keras dan terkesan kasar. Dari sini dapat diketahui bahwa kurangnya penanaman sikap toleransi saat berinteraksi dengan masyarakat yang berbeda dengan dirinya, maka kemungkinan besar akan menimbulkan konflik yang dapat berujung pada kerusuhan.         

1 komentar:

  • nyakizza.blogspot.com on 2 Oktober 2012 pukul 08.51

    mas, saya Izza mhsiswi semester 1 sosant. masnya semester berapa to ??

  • Posting Komentar

    Pages

    Diberdayakan oleh Blogger.

    You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

    Populer