contact
Test Drive Blog
twitter
rss feed
blog entries
log in

Rabu, 30 November 2011

 Talcott Parsons (1902-1979)
Tahun terpenting Parsons dan bagi teori sosiologi Amerika adalah tahun 1937, ketika ia menerbitkan The Structure of Social Action. Buku ini menjadi penting bagi teori sosiologi Amerika karena empat alasan utama. Pertama, buku inimembantu memperkenalkan teori besar Eropa ke kalangan luas di Amerika. Kedua, Parsons hampir tak memperhatikan Marx atau Simmel meski ia memusatkan perhatian pada karya Durkheim, Weber, dan Pareto. Akibatnya teori Marxian sebagian besar tak dimasukkan ke dalam kajian sosiologi yang absah. Ketiga, The Structure of Social Action menjadi tonggak penyusunan teori sosiologi sebagai kegiatan sosiologi yang penting dan sah. Keempat, Parsons menekankan penyusunan teori sosiologi khusus yang telah berpengaruh besar terhadap sosiologi. Pernyataan utama Parsons mengenai teori structural fungsional muncul di berbagai buku di tahun 1950an. Paling terkenal adalah The Social System (1951). Dalam buku itu dan lainnya, Parsons cenderung berkonsentrasi  pada struktur masyarakat dan pada antar hubungan berbagai struktur itu. Berbagai struktur itu dilihat saling mendukung dan cenderung menuju pada keseimbangan dinamis. Perhatian dipusatkan pada masalah bagaimana cara keberaturan dipertahankan di antara berbagai elemen masyarakat.

Talcott Parsons adalah seorang sosiolog kontemporer dari Amerika yang menggunakan pendekatan fungsional dalam melihat masyarakat, baik yang menyangkut fungsi dan prosesnya. Pendekatannya selain diwarnai oleh adanya keteraturan masyarakat yang ada di Amerika juga dipengaruhi oleh pemikiran Auguste Comte, Emile Durkheim, Vilfredo Pareto dan Max Weber. Hal tersebut di ataslah yang menyebabkan Teori Fungsionalisme Talcott Parsons bersifat kompleks.
Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang mempunyai kemampuan mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian masyarakat adalah merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan saling ketergantungan.
Teori Fungsionalisme Struktural yang mempunyai latar belakang kelahiran dengan mengasumsikan adanya kesamaan antara kehidupan organisme biologis dengan struktur sosial dan berpandangan tentang adanya keteraturan dan keseimbangan dalam masyarakat tersebut dikembangkan dan dipopulerkan oleh Talcott Parsons.

George Homans (1910-1989)
Makalah Homans tentang Pareto dijadikan buku berjudul An Introduction to Pareto diterbitkan pada tahun 1934. Publikasi buku ini menjadikan Homans sosiolog meski hingga saat ini sebenarnya karya Paretolah satu-satunya buku sosiologi yang pernah dibacanya. Pada dasarnya Homans menyatakan bahwa teori Parsons bukan teori sama sekali, tetapi lebih merupakan sebuah system intelektuas yang sangat luas yang menggolong-golongkan berbagai aspek kehidupan sosial yang sesuai. Homans yakin bahwa teori harus dibangun dari basis kehidupan sosial yang diobservasi secara hati-hati. Berdasarkan perspektif ini humans membangun teori pertukaran. Poin pentingnya di sini adalah bahwa Harvard dan produk teoritis utamanya, fungsionalisme structural, menjadi dominan dalam sosiologi akhir tahun 1930 dan menggantikan aliran Chicago dan Interaksionisme simbolik.

Semula George C. Homans tidak menaruh perhatian masalah pertukaran sosial dalam mengadakan pendekatan terhadap masyarakat karena pada awalnya ia mengarahkan perhatian pada pendekatan fungsionalisme struktural. Pendekatan fungsionalisme struktural ternyata mempunyai arti yang sangat penting karena mampu memberi masukan terhadap teori sosiologi, terutama dalam hubungannya dengan struktur, proses dan fungsi kelompok sebagaimana tercantum dalam bukunya yang berjudul The Human Group. Menurut pendapatnya analisis fungsionalisme struktural mempunyai manfaat untuk menemukan dan memberikan uraian, akan tetapi pendekatan tersebut tidak mampu menjelaskan. Selanjutnya, berhubung pendekatan fungsionalisme struktural itu tidak dapat menjelaskan berbagai macam hal maka menurut pendapatnya dianggap sebagai suatu kegagalan.
Berhubung pendekatan fungsionalisme struktural dianggap gagal dalam memberikan fenomena-fenomena baru yang muncul dalam interaksi sosial di masyarakat maka ia berusaha menyempurnakannya dengan prinsip-prinsip pertukaran sosial. Berkenaan dengan hal tersebut maka ia tinggalkan pendekatan fungsionalisme struktural dan selanjutnya menyatakan tentang pentingnya pendekatan psikologi dalam menjelaskan gejala-gejala sosial. Menurut pendapatnya dengan psikologi dapat dijelaskan mengenai faktor yang menghubungkan sebab dan akibat. Dalam hal yang menghubungkan antara sebab dan akibat hanya dapat dijelaskan oleh proposisi psikologi melalui pendekatan perilaku. Namun, pada mulanya ia juga menggunakan pendekatan ilmu ekonomi karena diasumsikan bahwa orang yang berperilaku itu memperoleh ganjaran dan menghindari hukuman. Akan tetapi, ia juga berpendapat bahwa perilaku orang itu tidak semata-mata alasan ekonomi, melainkan juga karena adanya rasa kepuasan, harga diri dan persahabatan.
Perlu diketahui bahwa George C. Homans menyatakan bahwa psikologi perilaku sebagaimana diajarkan oleh B.F. Skinner dapat menjelaskan pertukaran sosial. Adapun proposisi yang mampu memberikan penjelasan pertukaran sosial, yaitu (1) proposisi sukses, artinya semakin perilaku itu memperoleh ganjaran, semakin orang melaksanakan perilaku tersebut; (2) proposisi stimulus, artinya apabila stimulus menyebabkan adanya ganjaran maka pada kesempatan yang lain orang akan melakukan tindakan apabila ada stimulus yang serupa; (3) proposisi nilai, artinya semakin tinggi nilai suatu tindakan maka semakin senang orang melaksanakan; (4) proposisi deprivasi satiasi, artinya semakin orang memperoleh ganjaran tertentu maka semakin berkurang nilai itu bagai orang yang bersangkutan; (5) proposisi restu-agresi, artinya ganjaran yang tidak seperti yang diharapkan maka akan menyebabkan marah dan kecewa serta dapat menyebabkan perilaku yang agresif.
Sumber : Wikipedia Indonesia

2

George Herbert Mead lahir di South Hadley, sebuah kota kecil di Massachussetts, Amerika pada 27 Februari 1863. Dia anak dari seorang clergyman, minister bernama Hiram Mead yang juga adalah seorang pendeta gereja kongregasional serta juga mengajar sebagai profesor di seminar teologi di Oberlin College di Ohio. Sedangkan ibunya bernama Elizabeth Storrs Billings adalah seorang wanita yang berpendidikan yang juga mengajar di Berlin College selama dua tahun dan kemudian menjadi presiden di Mount Holyoke College selama sepuluh tahun. Melalui kedua orang tuanya, Mead mewarisi Puritanisme New England. Dan ketika Mead berusia enam belas tahun, dia masuk ke Fakultas Teologi di Oberlin College Ohio, tempat dimana ayahnya mengajar, dan Mead mendapatkan gelar sarjananya pada tahun 1883 dari Oberlin College, yang menurut catatan dia adalah sebuah institusi yang secara social sangat maju, namun kurikulun serta gaya intelektualnya sangat tradisional dan dogmatis yang mencerminkan pengarus dari Puritanisme New England, dan dibawa pengaruh dari temannya yaitu Henry Northrup Castle, Mead pelan – pelan menolak dogmatism agama dari Oberlin namun tetap mempertahankan masalah social yang sangat kuat tersebut.
Setelah lulus dari Oberlin di umur 20 tahun, Mead sempat mengajar di sebuah sekolah namun hanya sebentar. Dan George Herbert Mead pun pada tahun 1887 belajar ke Harvard University selama satu tahun untuk mengkaji filsafat dan psikologi. Selama di Harvard, Mead tertarik dengan filsafat romantic dan idealistic dari Hegel, yang kemudian dia pergi ke Jerman selama tiga tahun untuk belajar filsafat dan psikologi di Leipzig dan Berlin. Selama disana Mead mempelajari pandangan serta gagasan dari para filosof idealis Jerman, dan di Jermanlah Mead semakin menunjukkan ketertarikan pada psikologi dibanding dengan filsafat. Dan di tanah Eropa itu juga George Herbert Mead menikah dangan saudari dari Henry Northrup Castle, teman lamanya ketika di Oberlin, yaitu Helen Castle. Akhirnya pada tahun 1891, Mead kembali ke Amerika dan mulai mengajar sebagai dosen untuk mata kulian filsafat dan psikologi di Michigan University selama tiga tahun, tempat dimana dia bertemu dengan John Dewey. Kemudian ditahun berikutnya Mead menggabungkan diri dengan Depertemen Filosofi ketika mengajar Psikologi Sosial tingkat lanjut di Universitas Chicago sampai dia meninggal pada tahun 1931 dalam usia 68 tahun, dan disebut oleh John Dewey bahwa George Herbert Mead adalah pikiran paling asli dalam filsafat Amerika bagi generasi - generasi terakhir.
Selama menempuh pendidikan di Harvard, Mead banyak belajar dan mendapat pengaruh dari William James tentang pragmatism dalam filsafat di konsep diri (self), dan John Dewey pun juga adalah salah satu tokoh pragmatis yang berpengaruh pada pemikiran – pemikiran George Gerbert Mead dalam konsep isyarat (gesture). George Herbert Mead adalah merupakan orang penting dalam Filsafat Pragmatis, walaupun dia masihkurang kalau sebagai pelopor pragmatism dibandingkan dengan John Dewey, yaitu teman juga koleganya selama di Universitas Chicago. George Herbert Mead tidak pernah menulis buku secara sistematik. Tulisannya tentang Mind, Self and Society (1934) dan Movements of Thought in the 19th Century adalah merupakan materi – materi kuliah Mead yang telah mempengaruhi perkembangan Sosiologi Kontemporer khususnya pada pembahasan tentang Interaksionisme Simbolik, yang diberikannya ketika Mead menjadi dosen dan dibukukan oleh salah satu mahasiswanya yang sangat mengagumi Mead dan juga merupakan salah satu Sosiolog terkenal, yaitu Leonard Cottreil.
George Herbert Mead memiliki pemikiran yang mempunyai sumbangan besar terhadap ilmu social dalam perspektif teori yang dikenal dengan interaksionisme simbolik, yang menyatakan bahwa komunikasi manusia berlangsung melalui pertukaran symbol serta pemaknaan symbol – symbol tersebut. Mead menempatkan arti penting komunikasi dalam konsep tentang perilaku manusia, serta mengembangkan konsep interaksi simbolik bertolak pada pemikiran Simmel yang melihat persoalan pokok sosiologi adalah masalah sosial. Seperti yang telah diuraikan diatas, Mead adalah salah satu pelopor dalam Filsafat Pragmatisme dinama pragmatism adalah menekankan hubungan yang sangat erat antara pengetahuan dan tindakan untuk mengatasi masalah social. George Herbert Mead adalah orang yang sederhana dan rendah hati, dan dia merasa sangat nyaman di tengah – tengah lingkungan kota Chicago yang dinamis. Seperti para penganut pragmatism lainnya, Mead yakin akan kemungkinan – kemungkinan perubahan social. Oleh karena itu, George Herbert Mead juga melibatkan dirinya dalam reformasi social karena dia mempercayai bahwa ilmu pengetahuan dapat digunakan untuk mengatasi masalah – masalah sosial tersebut. Dan Mead juga menentang gagasan bahwa insting adalah sebagai dasar dari kepribadian manusia, karena dia melihat bahwa komunikasi antar individu adalah sebagai inti dari pembentukan kepribadian manusia itu. Dengan kata lain, kepribadian individu dibentuk melalui komunikasi dengan orang lain serta citra diri dibangun melalui sarana interaksi dengan orang lain.
2. Tokoh yang Mempengaruhi
George Herbert Mead, dia sangat tekun dalam mempelajari dan mendalami pemikiran dari Charles Darwin, meskipun dia bukan termasuk darwinisme social yang mana merupakan unsur paling penting dalam perspektif ilmu sosial, tetapi Mead sangat mengagumi konsep tentang evolusi Darwin karena konsep tersebut dianggap Mead sebagai petunjuk dengan menekankan pada proses, perubahan, ketidakstabilan dan perkembangan sebagai esensi dari sebuah kehidupan social. Mead menerima prinsip Darwin bahwa organism terus menerus terlibat dalam usaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan lewat dari proses inilah karakter dari suatu organisme mengalami proses perubahan yang terus menerus atau dinamis. Pemikiran Mead tentang teori Darwin adalah bahwa pikiran atau kesadaran manusia sejalan dengan kerangka evolusi dari teori Darwin. Mead melihat bahwa pikiran manusia sebagai suatu hasil yang muncul melalui proses evolusi yang ilmiah dan pikiran tersebut akan terus berkembang sejalan dengan dinamika yang muncul serta prosedur yang telah dilewati.
Selain terpengaruh oleh pemikiran teori evolusi dari Darwin. George Herbert Mead juga diilhami oleh para tokoh filsafat dan psikologi seperti William James dimana James adalah orang pertama yang mengembangkan konsep “self” diri secara jelas. Menurut James, manusia mempunyai kemampuan untuk melihat dirinya sebagai obyek dan dalam kemampuan itu, manusia bisa mengembangkan sikap dan perasaan terhadap dirinya sendiri. Ia juga dapat membentuk tanggapan terhadap perasaan dan sikap tersebut. James mengakui pentingnya kemampuan dalam membentuk cara pandang seseorang dalam menanggapi dunia di sekitarnya.
Tokoh filosof yang lain yang mempengaruhi Mead adalah John Dewey yang merupakan pendukung utaman pragmatisme. Dewey memusatkan perhatian pada proses penyesuaian manusia tergadap dunia. Menurutnya, keunikan manusia muncul dari proses penyesuaian diri dengan kondisi hidupnya. Dewey menegaskan bahwa yang unik dalam diri manusia adalah kemampuannya untuk berpikir. Konsep Dewey tentang pikiran sebagai suatu proses penyesuaian diri dengan lingkunganlah yang mempengaruhi Mead. Dewey telah menunjukkan bahwa pikiran timbul dari interaksi dengan dunia social. George Herbert Mead terinspirasi dengan konsep dari dua filosof tersebut dikarenakan Mead mempunyai intensitas kedekatan yang cukup sering dengan aliran psikologi khususnya behaviorisme. Behaviorisme memiliki pandangan bahwa kehidupan manusia harus dipahami pada kerangka perilaku (behaviour) mereka, dan bukan dari kerangkan siapa dia. George Herbert Mead tidak memahami behaviorisme sekedar mereduksi hubungan social sebagai rumus stimulus dan respom, melainkan Mead menjelaskannya dalan konteks yang lebih luas dari pada itu. Gagasan Mead ,mengenai hal tersebut dalam pandangan para filosof dikatakan sebagai pragmatisme, karena bagi George Hebert Mead pragmatism berhasil melihat organisme sebagai ciptaan yang berhubungan dengan kondisi dunia yang paling terkini, karena mereka akan berinteraksi menyesuaikan keadaan yang ada.
Mead mengatakan bahwa behaviorisme social didalamnya terdapat semanacam loncatan dari investigasi ilmiah. Maksudny adalah bahwa metode yang ditemukan tidak hanya mampu melakukan observasi perilaku yang terang dan jelas, tetapi juga dapat mengobservasi perilaku yang tidak jelas yang keduanya tersebut dapat diketahui dengan melalui metode introspeksi.
Selain itu, George Herbert Mead juga dipengaruhi oleh Max Weber dengan teorinya tentang Interaksi dan Tindakan. Max Weber dalam teori ini mengemukakan bahwa masyarakat hanya merupakan satu nama yang menunjuk pada sekumpulan individu, dan menurut Max Weber konsep fakta social seperti struktur social, kelompok social dll yang lebih dari sekedar individu dan perilakunya, dianggap sebagai abstraksi spekulatif tanpa dasar empiric, sehingga Max Weber menginterpretasikan individu dan tindakannya sebagai satuan dasar atau sebagai “otorinya”.
Max Weber mengemukakan bahwa antara individu yang satu dengan individu yang lain berinteraksi satu sama lain diwujudkan dengan adanya suatu tindakan maupun perilaku. Namun tidak semua tindakan ataupun perilaku individu adalah suatu manifestasi yang rasional. Rasionalitas hadir dalam diri seorang individu dengan terlebih dahulu melewati proses pemikiran, dimana makna dari sebuah pemikiran adalah sesuatu yang penting dalam mengerti manusia dimana pemilikan karakter – karakter ini membuat esensi berbeda dengan perilaku binatang. Dan Max Weber membuat klasifikasi tentang tipe – tipe tindakan social dengan menggunakan konsep dasar “rasionalitas” yaitu ada tindakan yang rasional dan non rasional. Menurut Weber, tindakan rasional dihubungkan dengan kesadaran dan pilihan bagaimana tindakan tersebut direalisasikan. Rasionalitas yang dikemukakan oleh Max Weber lebih dibawa ke ranak suatu lembaga atau structural, meskipun selanjutkan rasionalitas yang dikembangkan Mead berdasar dari konsep Weber ini lebih dibawa ke ranah individu dan lingkungan sosialnya.
Berdasarkan dari keseluruhan konsep serta hasil dari tokoh – tokoh tersebutlah George Herbert Mead dapat mengemukakan konsep tentang Interaksionisme Simbolik yang merupakan reduksi ulang serta pengembangan dari konsep konsep tersebut.
3. Konsep dan Pemikiran
George Herbert Mead mengembangkan teori atau konsep yang dikenal sebagai Interaksionisme Simbolik. Berdasar dari beberapa konsep teori dari tokoh – tokoh yang mempengaruhinya beserta pengembangan dari konsep – konsep atau teori – teori tersebut, Mead mengemukakan bahwa dalam teori Interaksionisme Simbolik, ide dasarnya adalah sebuah symbol, karena symbol ini adalah suatu konsep mulia yang membedakan manusia dari binatang. Simbol ini muncul akibat dari kebutuhan setiap individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Dan dalam proses berinteraksi tersebut pasti ada suatu tindakan atau perbuatan yang diawali dengan pemikiran. Dalam tinjauannya di buku Mind, Self and Society, Mead berpendapat bahwa bukan pikiran yang pertama kali muncul, melainkan masyarakatlah yang terlebih dulu muncul dan baru diikuti pemikiran yang muncul pada dalam diri masyarakat tersebut. Dan analisa George Herbert Mead ini mencerminkan fakta bahwa masyarakat atau yang lebih umum disebut kehidupan social menempati prioritas dalam analisanya, dan Mead selalu memberi prioritas pada dunia social dalam memahami pengalaman social karena keseluruhan kehidupan social mendahului pikiran individu secara logis maupun temporer. Individu yang berpikir dan sadar diri tidak mungkin ada sebelum kelompok social . Kelompok social hadir lebih dulu dan dia mengarah pada perkembangan kondisi mental sadar – diri.
Dalam teorinya yang dinamakan Interaksionisme Simbolik ini, George Herbert Mead mengemukakan beberapa konsep yang mendasari teori yang ada, yaitu:
· Tindakan
Perbuatan bagi George Herbert Mead adalah unit paling inti dalam teori ini, yang mana Mead menganalisa perbuatan dengan pendekatan behavioris serta memusatkan perhatian pada stimulus dan respon. Mead mengemukakan bahwa stimulus tidak selalu menimbulkan respon otomatis seperti apa yang diperkirakan oleh actor, karena stimulus adalah situasi atau peluang untuk bertindak dan bukannya suatu paksaan.
Mead menjelaskan bahwa ada empat tahap yang masing-masing dari tahap tersebut saling berkaitan satu sama lain dalam setiap perbuatan.
1. Impuls adalah tahap paling awal dalam keempat tahap diatas. Dia adalah reaksi yang paling awal dimana dia berfungsi untuk dirinya sendiri. Impuls melibatkan stimulasi inderawi secara langsung dimana respon yang diberikan oleh actor adalah bertujuan untuk kebutuhan dirinya sendiri. Contohnya adalah ketika seseorang mempunyai keinginan untuk menonton film di bioskop.
2. Persepsi adalah tahapan kedua, dimana dia adalah pertimbangan, bayangan maupun pikiran terhadap bagaimana cara untuk bisa memenuhi impuls. Dalam tahapan ini, actor memberikan respon atau bereaksi terhadap stimulus yang berkaitan dengan impuls tadi. Misal, berkaitan dengan contoh impul diatas, ketika seseorang ingin menonton film di bioskop, maka dia akan mencari
3. Manipulasi adalah tahapan selanjutnya yang masih berhubungan dengan tahap-tahap sebelum. Dalam tahapan ini actor mengambil tindakan yang berkaitan dengan obyek yang telah dipersepsikan. Bagi Mead, tahapan ini menciptakan jeda temporer dalam proses tersebut, sehingga suatu respon tidak secara langsung dapat terwujud.
4. Konsumsi adalah upaya terakhir untuk merespon impuls. Dalam tahapan ini, dengan adanya pertimbangan maupun pemikiran secara sadar, actor dapat mengambil keputusan atau tindakan yang umumnya akan berorientasi untuk memuaskan impuls yang ada di awal tadi.
· Gestur
Mead mempunyai pandangan bahwa gesture merupakan mekanisme dalam perbuatan social serta dalam proses social. Gestur adalah gerak organisme pertama yang bertindak sebagai stimulus yang menghasilkan respon dari pihak kedua sesuai dengan apa yang diinginkan.
· Simbol
Simbol, dia adalah jenis gestur yang hanya bisa dilakukan dan diinterpretasikan oleh manusia. Gestur ini menjadi symbol ketika dia bisa membuat seorang individu mengeluarkan respon – respon yang diharapkan olehnya yang juga diberikan oleh individu yang menjadi sasaran dari gesturnya, karena hanya ketika symbol – symbol ini dipahami dengan makna juga respon yang samalah seorang individu dapat berkomunikasi dengan individu yang lainnya.
Dalam teori George Herbert Mead, fungsi symbol adalah memungkinkan terbentuknya pikiran, proses mental dan lain sebagainya.
· Mind (Pikiran)
George Herbert Mead memandang akal budi bukan sebagai satu benda, melainkan sebagai suatu proses social. Sekali pun ada manusia yang bertindak dengan skema aksi reaksi, namun kebanyakan tindakan manusia melibatkan suatu proses mental, yang artinya bahwa antara aksi dan reaksi terdapat suatu proses yang melibatkan pikiran atau kegiatan mental.
Pikiran juga menghasilkan suatu bahasa isyarat yang disebut symbol. Simbol – simbol yang mempunyai arti bisa berbentuk gerak gerik atau gesture tapi juga bisa dalam bentuk sebuah bahasa. Dan kemampuan manusia dalam menciptakan bahasa inilah yeng membedakan manusia dengan hewan. Bahasa membuat manusia mampu untuk mengartikan bukan hanya symbol yang berupa gerak gerik atau gesture, melainkan juga mampu untuk mengartikan symbol yang berupa kata – kata. Kemampuan ini lah yang memungkinkan manusia menjadi bisa melihat dirinya sendiri melalui perspektif orang lain dimana hal ini sangatlah penting dalam mengerti arti – arti bersama atau menciptakan respon yang sama terhadap symbol – symbol suara yang sama. Dan agar kehidupan social tetap bertahan, maka seorang actor harus bisa mengerti symbol – symbol dengan arti yang sama, yang berarti bahwa manusia harus mengerti bahasa yang sama. Proses berpikir, bereaksi, dan berinteraksi menjadi mungkin karena symbol – symbol yang penting dalam sebuah kelompok social mempunyai arti yang sama dan menimbulkan reaksi yang sama pada orang yang menggunakan symbol – symbol itu, maupun pada orang yang bereaksi terhadap symbol – symbol itu.
Mead juga menekankan pentingnya fleksibilitas dari mind (akal budi). Selain memahami symbol-simbol yang sama dengan arti yang sama, fleksibilitas juga memungkinkan untuk terjadinya interaksi dalam situasi tertentu, meski orang tidak mengerti arti dari symbol yang diberikan. Hal itu berarti bahwa orang masih bisa berinteraksi walaupun ada hal – hal yang membingungkan atau tidak mereka mengerti, dan itu dimungkinkan karena akal budi yang bersifat fleksibel dari pikiran.
Simbol verbal sangat penting bagi Mead karena seorang manusia akan dapat mendengarkan dirinya sendiri meski orang tersebut tidak bisa melihat tanda atau gerak gerik fisiknya.
Konsep tentang arti sangat penting bagi Mead. Suatu perbuatan bisa mempunyai arti kalau seseorang bisa menggunakan akal budinya untuk menempatkan dirinya sendiri di dalam diri orang lain, sehingga dia bisa menafsirkan pikiran – pikirannya dengan tepat. Namun Mead juga mengatakan, bahwa arti tidak berasal dari akal budi melainkan dari situasi social yang dengan kata lain, situasi social memberikan arti kepada sesuatu.
· Self (Diri)
Mead menganggap bahwa kemampuan untuk memberi jawaban pada diri sendiri layaknya memberi jawaban pada orang lain, merupakan situasi penting dalam perkembangan akal budi. Dan Mead juga berpendapat bahwa tubuh bukanlah riri, melinkan dia baru menjadi diri ketika pikran telah perkembang. Dalam arti ini, Self bukan suatu obyek melainkan suatu proses sadar yang mempunyai kemampuan untuk berpikir, seperti :
- Mampu memberi jawaban kepada diri sendiri seperti orang lain yang juga memberi jawaban.
- Mampu memberi jawaban seperti aturan, norma atau hokum yang juga memberi jawaban padanya.
- Mampu untuk mengambil bagian dalam percakapan sendiri dengan orang lain.
- Mampu menyadari apa yang sedang dikatakan dan kemampuan untuk menggunakan kesadaran untuk menentukan apa yang garus dilakukan pada fase berikutnya.
Bagi Mead, Self mengalami perkembangan melalui proses sosialisasi, dan ada tiga fase dalam proses sosialisasi tersebut. Pertama adalah Play Stage atau tahap bermain. Dalam fase atau tahapan ini, seorang anak bermain atau memainkan peran orang – orang yang dianggap penting baginya. Contoh ktika seorang anak laki – laki yang masih kecil suka akan bermain bola, maka dia meminta dibelikan atribut yang berhubungan degan bola dan brmain dengan atribut tersebut serta berpura – pura menjadi pesepak bola idolanya. Fase kedua dalam proses sosialisasi serta proses pembentukan konsep tentang diri adalah Game Stage atau tahap permainan, dimana dalam tahapan ini seorang anak mengambil peran orang lian dan terlibat dalam suatu organisasi yang lebih tinggi. Contoh Anak kecil yang suka bola yang tadinya hanya berpura – pura mengambil peran orang lain, maka dalam tahapan ini anak itu sudah berperan seperti idolanya dalam sebuah team sepak bola anak, dia akan berusaha untuk mengorganisir teamnya dan bekerjasama dengan teamnya. Dengan fase ini, anak belajar sesuatu yang melibatkan orang banyak, dan sesuatu yang impersonal yaitu aturan – aturan dan norma – norma. Sedang fase ketiga adalah generalized other, yaitu harapan-harapan, kebiasaan-kebiasaan, standar-standar umum dalam masyarakat. Dalam fase ini anak-anak mengarahkan tingkah lakunya berdasarkan standar-standar umum serta norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Contoh anak tadi dalam fase ini telah mengambil secara penuh perannya dalam masyarakat. Dia menjadi pesepak bola handal dan dalam menjalankan perannya sudah punya pemikiran dan pertimbangan. Jadi, dalam fase terakhir ini, seorang anak menilai tindakannya berdasarkan norma yang berlaku dalam masyarakat.
· I and Me
Inti dari teori George Herbert Mead yang penting adalah konsepnya tentang “I” and “Me”, yaitu dimana diri seorang manusia sebagai subyek adalah “I” dan diri seorang manusia sebagai obyek adalah “Me”. “I” adalah aspek diri yang bersifat non-reflektif yang merupakan respon terhadap suatu perilaku spontan tanpa adanya pertimbangan. Dan ketika didalam aksi dan reaksi terdapat suatu pertimbangan ataupun pemikiran, maka pada saat itu “I” berubah menjadi “Me”.
Mead mengemukakan bahwa seseorang yang menjadi “Me”, maka dia bertindak berdasarkan pertimbangan terhadap norma-norma, generalized other, serta harapan-harapan orang lain. Sedangkan “I” adalah ketika terdapat ruang spontanitas, sehingga muncul tingkah laku spontan dan kreativitas diluar harapan dan norma yang ada.
· Society (Masyarakat)
Masyarakat dalam konteks pembahasan George Herbert Mead dalam teori Interaksionisme Simbolik ini bukanlah masyarakat dalam artian makro dengan segala struktur yang ada, melainkan masyarakat dalam ruang lingkup yang lebih mikro, yaitu organisasi social tempat akal budi (mind) serta diri (self) muncul. Bagi Mead dalam pembahasan ini, masyarakat itu sebagai pola-pola interaksi dan institusi social yang adalah hanya seperangkat respon yang biasa terjadi atas berlangsungnya pola-pola interaksi tersebut, karena Mead berpendapat bahwa masyarakat ada sebelum individu dan proses mental atau proses berpikir muncul dalam masyarakat.
Jadi, pada dasarnya Teori Interasionisme Simbolik adalah sebuah teori yang mempunyai inti bahwa manusia bertindak berdasarkan atas makna – makna, dimana makna tersebut didapatkan dari interaksi dengan orang lain, serta makna – makna itu terus berkembang dan disempurnakan pada saat interaksi itu berlangsung.

2






Review Perkembangan Teori Sosiologi Modern Khususnya di Amerika Pada Abad 19-20

Teori Sosiologi Amerika Awal
Schwendinger dan Schwendinger (1974) ialah orang yang menyatakan para sosiolog Amerika awal tepat dilukiskan beraliran politik. Ciri liberalisme sosiologi Amerika awal pada dasarnya memiliki 2 unsur. Pertama, ia bertolak dari keyakinan tentang kebebasan dan kesejahteraan individu. Dalam keyakinan ini ada lebih banyak pengaruh orientasi Spencer ketimbang Comte. Kedua, kebanyakan sosiolog yang berorientasi Spencer ini menerima pandangan Evolusioner tentangkemajuan sosial. Keyakinan akan kemajuan dan keyakinan atas pentingnya peran individu, keduanya mengarah kepada posisi mendukung sistem sebagai satu kesatuan. Keyakinan yang dominan adalah bahwa system sosial berfungsi atau dapat direformasi cara berfungsinya.

Perubahan Sosial dan Arus Intelektual
Analisis tentang pertumbuhan teori Sosiologi Amerika, Roesco Hinkle dan E. Fuhrman melukiskan beberapa konteks dasar yang mendorong munculnya teori itu. Yang terpenting yaitu perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat Amerika setelah perang sipil (Bramson, 1961). Menurut Fuhrman, kendati para sosiolog Amerika awal melihat peluang positif dari industrialisasi dan tertarik terhadap gagasan yang diajukan oleh gerakan buruh dan kelompok sosialis tentang cara menanggulangi industrialisasi, mereka tak setuju dengan upaya perbaikan masyarakat secara radikal.
 Arthur Vidich dan Stanford Lyman menunjukkan besarnya pengaruh Kristen, terutama Protestan, terhadap kemunculan sosiologi Amerika. Menurut mereka, sosiolog Amerika mempertahankan kepentingan Protestan dalam menyelamatkan dunia dan semata-mata mengganti swatu bahasa dengan bahasa lain. Mereka menyatakan bahwa dari tahun 1854, ketika karya sosilogi pertama muncul di Amerika hingga pecahnya perang dunia I, sosiologi merupakan respon moral dan intelektual terhadap masalah kehidupan dan terhadap pemikiran lembaga dan keyakinan orang Amerika. Ciri sosiologi Amerika awal adalah berpaling dari perspektif histories dan searah orientasi positivistic atau ilmiah. Ketimbang membuat interpretasi perubahan histories jangka panjang, sosiolog Amerika lebih cenderung mengarah pada upaya studi ilmiah terhadap proses sosial jangka pendek. Faktor lainnya adalah dampak teori sosiologi Eropa yang sudah mapan terhadap teori sosiologi Amerika. Teoritisi Eropa paling besar pengaruhnya terhadap teoritisi Amerika awal adalah Spencer dan Comte. Sejarah ide-ide Spencer adalah menarik dan informatif dalam melukiskan dampak teori sosiologi Eropa awal terhadap sosiologi Amerika. Spencer menulis dalam pengertian nonteknis, yang menyebabkan karyanya mudah diterima oleh kalangan yang lebih luas. Alasan terakhir, dan mungkin terpenting, adalahy karena teorinya bersifat menerangkan bagi masyarakat yang tengah menjalani proses industrialisasi masyarakat yang menurut Spencer terus menerus bergerak menuju kemajuan yang cepat dan besar. Sekitar tahun 1930 pengaruh Spencer di dunia intelektual mulai merosot. Pada 1937 Talcott Parsons mengumumkan matinya gagasan Spencer untuk kajian sosiologi ketika ia memekikkan kata kata sejarawan Crane Brinton.

William Graham Sumner (1840-1910)
Sumner adalah eksponen utama Darwinisme Sosial di Amerika meski ia mengubah pandangan di penghujung hidupnya. Sumner pada dasarnya menganut pemikiran survival of the fittest dalam memahami dunia sosial. Sumner adalah penyokong keagresifan dan kebersaingan manusia. Menurut pandangan Sumner setiap bentuk intervensi bertentangan dengan seleksi alamiah yang berlaku dalam kehidupan manusia maupun dalam kehidupan binatang yang memungkinkan yang layak dan tak layak akan binasa. Sumner tak banyak diingat sejarah karena 2 alasan, pertama orientasinya dan Darwinisme Sosial pada umumnya dianggap tak lebih dari legitimasi terhadap kapitalisme kompetitif dan status quo. Kedua Sumner gagal gagal membangun landasan yang cukup kuat bagi sebuah aliran sosiologi bersama muridnya di Yale, tetapi beberapa tahun kemudian ia berhasil membangunnya di Universitas Chicago.

Lester F. Ward (1841-1913)
Ia bekerja untuk pemerintah federal ketika ia menjadi pakar purbakala,Pada akhir 1800an dan awal 1900an ia menerbitkan sejumlah karya yang menjelaskan teori sosiologinya. Berkat ketenaran karyanya itu pada 1906 Ward terpilih menjadi presiden pertama Masyarakat Sosiologi Amerika. Ia yakin bahwa masyarakat kuno ditandai oleh kesederhanaan dan kemiskinan moral, sedangkan masyarakat modern lebih kompleks, lebih bahagia dan mendapatkan kebebasan lebih besar. Tugas utama Sosiologi adalah meneliti hokum-hukum dasar struktur sosial dan perubahan sosial. Ia yakin Sosiologi tentu mempunyai sisi praktisnya, sosiologi harus pula menjadi ilmu terapan.

Thorstein Veblen (1857-1929)
Ia juga menghasilkan teori sosial yang signifikannya bertahan lama terhadap sejumlah disiplin ilmu termasuk sosiologi. Problem utama bagi Veblen adalah benturan antara bisnis dan industri. Bisnis oleh Veblen adalah pemilik, pemimpin, dan kapten industri yang memfokuskkan padsa laba perusahaan miliknya, tetapi untuk menjaga harga dan laba yang tinggi sering kali melakukan upaya untuk membatasi produksi. Pemimpin bisnis adalah sumber banyak persoalan di dalam masyarakat yang menurut Veblen semestinya dipimpin oleh orang yang memahami sistem industri dan pengoperasiannya dan tertarik dengan kesejahteraan umum. Arti penting gagasan Veblen dapat dilacak ke bukunya yang berjudul The Theory of the Leisure Class. Veblen kritis terhadap leisure class karena perannya dalam mendorong konsumsi yang sia-sia. Untuk mengesankan seluruh masyarakat, kelas ini melakukan conspiciuous leisure (penggunaan waktu secara tidak produktif) dan conspicuous consumption (mengeluarkan lebih banyak uang untuk barang yang nilainya tak sepadan dengan pengeluaran tersebut). Akibatnya adakah muncul masyarakat yang dicirikan oleh pemborosan waktu dan uang.



Aliran Chicago
Aliran Small mendirikan Jurusan Sosiologi Universitas Chicago didirikan tahun 1892 oleh Albion Small. Ia merupakan tokoh penting dalam menciptakan jurusan sosiologi di universitas Chicago yang menjadi pusat kajian sosiologi di AS selama beberapa tahun. Pada 1895 ia mendirikan The American Journal of Sociology, sebuah jurnal yang hingga kini merupakan kekuatan dominan dalam sosiologi. Pada tahun 1905 Small ikut membentuk The American Sociological Society asosiasi professional utama sosiolog Amerika hingga sekarang. Small yakin bahwa tujuan terakhir sosiologi pada dasarnya bersifat kristen

W.J. Thomas (1863-1947)
Pengaruh abadi Thomas adalah penekanannya pada pentingnya melakukan riset ilmiah terhadap masalah sosiologis. Pada 1918 dengan diterbitkannyan hasil riset ilmiahnya bersama Florian Znaniecki berjudul The Polish Peasant in Europe and America. Meski The Polis Peasant terutama merupakan hasil studi makrososiologi tentang institusi sosial tetapi dalam perjalanan karirnya Thomas lebih tertarik ke arah mikrospik ke arah psikologi sosial. Penekanannya adalah pada arti penting apa yang dipikirkan orang dan bagaimana pikirannya itu memengaruhi apa yang mereka kerjakan. Inilah salah satu ciri produk teoritis aliran Chicago Interaksionalisme Simbolik.

Robert Park (1864-1944)
Park datang ke Chicago tahun 1913 sebagai instruktur Sembilan dan dengan cepat peran sentral dijurusan sosiologi Chicago. Peran pentingnya dalam pengembangan sosiologi terdapat di berbagai bidang. Pertama, ia menjadi tokoh dominant di jurusan sosiologi Chicago dan selanjutnya menjadi sosiolog dominant hingga tahun 1930an. Kedua, Park belajar di Eropa dan menjadi tokoh penting dalam membangkitkan minat sosiologi Chicago terhadap pemikir Eropa. Ketiga, sebelum menjadi sosiolog, ia telah menjadi reporter dan pengalaman ini memberikansuatu pemahaman tentang pentingnya masalah urban dan perlunya meneliti ke lapangan mengumpulkan data melalui observasi personal. Keempat, Park berperan penting dalam membimbing mahasiswa dan membantu mengembangkan program riset mahasiswanya. Kelima, tahun 1921 Park dan Ernest W. Burges menerbitkan buku ajar sosiologi pertama yaitu An Introduction to The Science of Sociology.


Charles Horton Cooley (1864-1929)
Ia berkarir diUniversitas Michigan, bukan diUniversitas Chicago. Cooley menekuni tentang kesadarn tetapi ia menolak untuk memisahkan kesadaran dari konteks sosial. Contoh terbaik konsep Cooley yang masih bertahan hingga kini adalah konsep cermin diri (the looking glass self). Dengan menggunakan konsep ini Cooley memahami bahwa manusia memiliki kesadaran dan kesadaran itu terbentuk dalam interaksi sosial yang berlanjut. Konsep dasar penting kedua yang juga mencerminkan pendekatan psikologi sosial Cooley adalah konse kelompok primer. Cooley menolak pandangan Behavioristik tentang manusia, pandangan yang menyatakan manusia memberikan respon secara membabi buta dan tanpa kesadaran terhadap rangsangan dari luar. Cooley menganjurkan agar sosiolog mencoba menempatkan diri di tempat actor yang diteliti dengan menggunakan metode introspeksi simpatetik. Cooley dan Mead (Winterer, 1994) menolak pandangan behavioristik tentang manusia. Cooley menggunakan metode introspeksi simpatik untuk menganalisis kesadaran itu.

George Herbert Mead (1863-1931)
Mead mulai mengajar di universitas Chicago tahun 1894 ia mengajar disitu sampai kematiannya tahun 1931 (G. Cook 1993). Ia memusatkan perhatian pada sejarah teori sosiologi baik itu karena ia mengajar filsafat, bukan sosiologi, maupun karena ia terhitung sedikit menerbitkan buku semasa hidupnya. Ia menerima prinsip ajaran behaviorisme tentang pemusatan perhatian pada actor dan perilakunya. Ia menganggap bijaksana para pakar behaviorisme yang menekankan perhatian pada imbalan dan biaya yang terlibat dalam perilaku actor. Yang dipersoalkan Mead adalah Behaviorisme tak cukup berkembang. Mead sangat tidak setuju dan mencoba mengembangkan prinsip behaviorisme ke tingkat analisis pikiran. Mead menawarkan kepada sosiologi Amerika sebuah teori psikolohi sosial yang bertolak belakang dengan teori sosial, terutama yang ditawarkan oleh sebagian besar teoritisi Eropa. Dengan demikian Interaksionisme Simbolik sebagian besar dikembangkan dari pemikiran Simmel tentang aksi dan interaksi dan dari pemikiran Mead tentang kesadaran.

Memudarnya Sosiologi Chicago
Tahun 1920-an sosiologi mencapai puncaknya karena kematian Mead dan pindahnya Park, Jurusan sosiologi mulai kehilangan posisi sentralnya dalam sosiologi Amerika (Cortese, 1995). Penyebabnya dipengaruhi oleh 2 sebab yaitu, pertama pertumbuhan sosiologi makin ilmiah menggunakan metode canggih dan analisis statistic. Akan tetapi, aliran Chicago masih menekankan pada studi deskriptif, etnografis,, yang sering memusatkan perhatian pada orientasi personal dari sasaran studi mereka. Kedua, makin lama makin banyak sosiolog di luar aliran Chicago yang makin membenci dominasi aliran Chicago atas American Sociological Society dan American Journal of Sociology.

Wanita dalam Sosiologi Awal
Sekelompok wanita yang membentuk organisasi reformasi sosial juga mengembangkan teori sosiologi rintisan. Ciri-ciri utama teori parea pakar wanita yang dapat menjelaskan bahwa teori itu mereka kemukakan dalam rangka upaya membangun sosiologi professional meliputi yaitu: (1) menekankan bahwa pengalaman dan kehidupan wanita dan pekerjaan wanita sama pentingnya dengan pengalaman lelaki (2) penekanan itu diikuti oleh kesadaran bahwa mereka berbicara dari pendirian yang hendak diwujudkan (3) adanya gagasan bahwa tujuan sosiologi dan teori sosiologi adalah reformasi sosial (4) pernyataan bahwa masalah utama dalam mencapai kemajuan di zaman mereka adalah ketimpangan.


W.E.B. Du Bois dan Teori Ras
Meskipun ia lama mengajar diuniversitas Atlanta Jurusan Sosiologi. Dia sangat dikenal sebagai intelektual public. Ia tertarik pad aide-ide abstrak demi melayani hak-hak sipil. Di dalam sosiologi, reputasi Du Bois sebagian besar pada studi empirisnya, The Philadelphia Negro. Minatnya yang paling besar adalah dalam id eras yang dianggap sebagai pemikiran sentral dari semua sejarah dan garis warna yang dia lihat bukan hanya di Amerika tetapi di seluruh dunia. Salah satu ide teoritisnya yang terkenal adalah veil (selubung) yang menciptakan separasi yang jelas, atau sekat antara orang Afrika-Amerika, dan kulit putih. Ide teoritis kunci lainnya adalah kesadaran ganda (double cinsciousness), perasaan akan keduaan atau perasaan di pihak Afrika-Amerika yang melihat dan mengukur diri sendir melalui mata orang lain.

Teori Sosiologi hingga Pertengahan Abad 20
Talcott Parsons (1902-1979)
Tahun terpenting Parsons dan bagi teori sosiologi Amerika adalah tahun 1937, ketika ia menerbitkan The Structure of Social Action. Buku ini menjadi penting bagi teori sosiologi Amerika karena empat alasan utama. Pertama, buku inimembantu memperkenalkan teori besar Eropa ke kalangan luas di Amerika. Kedua, Parsons hampir tak memperhatikan Marx atau Simmel meski ia memusatkan perhatian pada karya Durkheim, Weber, dan Pareto. Akibatnya teori Marxian sebagian besar tak dimasukkan ke dalam kajian sosiologi yang absah. Ketiga, The Structure of Social Action menjadi tonggak penyusunan teori sosiologi sebagai kegiatan sosiologi yang penting dan sah. Keempat, Parsons menekankan penyusunan teori sosiologi khusus yang telah berpengaruh besar terhadap sosiologi. Pernyataan utama Parsons mengenai teori structural fungsional muncul di berbagai buku di tahun 1950an. Paling terkenal adalah The Social System (1951). Dalam buku itu dan lainnya, Parsons cenderung berkonsentrasi  pada struktur masyarakat dan pada antar hubungan berbagai struktur itu. Berbagai struktur itu dilihat saling mendukung dan cenderung menuju pada keseimbangan dinamis. Perhatian dipusatkan pada masalah bagaimana cara keberaturan dipertahankan di antara berbagai elemen masyarakat.

George Homans (1910-1989)
Makalah Homans tentang Pareto dijadikan buku berjudul An Introduction to Pareto diterbitkan pada tahun 1934. Publikasi buku ini menjadikan Homans sosiolog meski hingga saat ini sebenarnya karya Paretolah satu-satunya buku sosiologi yang pernah dibacanya. Pada dasarnya Homans menyatakan bahwa teori Parsons bukan teori sama sekali, tetapi lebih merupakan sebuah system intelektuas yang sangat luas yang menggolong-golongkan berbagai aspek kehidupan sosial yang sesuai. Homans yakin bahwa teori harus dibangun dari basis kehidupan sosial yang diobservasi secara hati-hati. Berdasarkan perspektif ini humans membangun teori pertukaran. Poin pentingnya di sini adalah bahwa Harvard dan produk teoritis utamanya, fungsionalisme structural, menjadi dominan dalam sosiologi akhir tahun 1930 dan menggantikan aliran Chicago dan Interaksionisme simbolik.

Perkembangan dalam Teori Marxian
Gagasan perkembangan teori Marxian berasal dari Felix J. Weil. Pada 3 Februari 1923 resmi berdiri Institut Riset Sosial di Frankfurt jerman. Di tahun-tahun awalnya pakar yang bergabung dengan institute cenderung mengikuti pola piker Marxis tradisional, mencurahkan sebagian besar perhatian mereka pada bidang ekonomi. Tetapi sekitar tahun 1930 terjadi perubahan besar karena kelompok pemikir ini mulai menggeser perhatian mereka dari system ekonomi ke sistem kultural, yang dilihat sebagai kekuatan utama dalam masyarakat kapitalis modern. Langkah besar kedua yang dilakukan setidaknya oleh beberapa orang anggota aliran kritis  adalah menggunakan teknik penelitian ilmiah yang dikembangkan oleh sosiolog Amerika untuk meriset masalah minat terhadap pemikiran Marxis. Ketiga, teoritisi kritis berupaya menyatukan teori yang berorientasi Freudian dengan pemikiran Marx dan Webber di tingkat sosial dan cultural.

Karl Mannheim dan Sosiologi Ilmu Pengetahuan
Mannheim menyusun seperangkat gagasan teoritis yang memberikan landasan bagi bidang kajian sosiologi yang basisnya sudah mulai disusun di Inggris tahun 1930an. Sosiologi Ilmu Pengetahuan pada dasarnya meliputi studi sistematis tentang pengetahuan, gagasan, atau fenomena intelektual umumnya. Menurutnya pengetahuan ditentukan oleh kehidupan sosial. Mannheim terkenal karena membedakan antara dua sistem gagaswan yaitu ideology dan utopia. Ideologi adalah system gagasan yang mencoba menyembunyikan dan melestarikan keadaan kini dengan menginterpretasikannya dari sudut pandang masa lalu. Sebaliknya utopia, adalah system gagasan yang mencoba melampaui keadaan kini dengan memusatkan perhatian pada masa datang.

Teori Sosiologi dan Pertengahan Abad 20
Era 1940 dan 1950 adalah tahun paradoks antara puncak dominasi dan awal kemerosotan fungsionalisme structural. Pada periode ini Parsons membuat pernyataan utama yang jelas mencerminkan pergeserannya dari teori tindakan ke fungsionalisme struktural. Namun segera setelah mencapai hegemoni teoritis, fungsionalisme structural menghadapi serangan dan serangan it uterus meningkat hingga mencapai puncaknya pada 1960an dan 1970an. Pada 1950an serangan ini seperti serangan gerilya tetapi ketika sosiologi memasuki era tahun 1960an dominasi fungsionalisme struktural jelas dalam bahaya.

Sosiologi Radikal di Amerika C. Wright Mills
Mills menerbitkan dua karya utama yang mencerminkan politik radikalnya maupun kelemahannya dalam teori-teori Marxian. Pertama adalah White Collar (1951) berisi kritik tajam tentang status golongan pekerja yang sedang tumbuh yakni pekerja berkerah putih. Kedua adalah The Power Elite (1956) buku yang mencoba menunjukkan betapa Amerika didominasi oleh sekelompok kecil pengusaha, politisi, dan pimpinan tentara. Antara dua karyanya itu diterbitkan karya teoritisnya yang tercanggih, Character and Social Structure. Radikalisme Mills menempatkannya di pinggiran sosiologi Amerika. Ia menjadi sasaran kritik keras sosiologi. Sikap kritisnya memuncak dalam The Sociological Imagination. Buku ini mengandung kritikan keras Mills terhadap Parsons dan terhadap praktik teori besarnya.

Perkembangan Teori Konflik
Rintisan lain yang menyatukan marxisme dan teori sosiologi adalah perkembangan teori konflik. Masalah terbesar yang dihadapi kebanyakan teori konflik adalah kekurangan apa yang justru diperlukan yakni landasan kuat dalam teori Marxisme. Fungsionalisme Struktural dituduh bersifat politik konservatif, tak mampu menjelaskan perubahan sosial karena perhatiannya tertuju pada struktur statis dan tak mampu menganalisis konflik sosial. Salah satu hasil dari kritik itu adalah upaya di pihak sejumlah sosiolog untuk menanggulangi masalah fungsionalisme structural dengan menyatukan perhatian pada struktur dan pada konflik. Pemikiran inilah yang menjadi cikal bakal teori konflik sebagai alternative terhadap teori Struktural Fungsional. Upaya penting pertama adalah karya Lewis Coser tentang fungsi konflik sosial.Selanjutnya ada karya utama Dahrendorf, Class and Class Conflict in Industrial Society yang merupakan bagian utama dari teori konflik, tetapi pengaruh itu senagian besar karena ia banyak menggunakan logika struktural fungsional yang memang sesuai dengan logika aliran utama.Akhirnya teori Konflik harus dilihat sebagai perkembangan transisional dalam sejarah teori sosiologi.

Kelahiran Teori Pertukaran (Exchange Theory)
Tokoh utamanya adalah George Homans. Sosiolog yang menggunakan pendekatan behaviorisme psikologi skinner. Perkembangan teoritis penting lain pada 1950an adalah kelahiran teori pertukaran. Homans melihat data hasil studi sosiologi tentang kelompok kecil dan hyasil studi antropologi tentang masyarakat primitive, ia mulai memahami bahwa behaviorisme Skinner dapat diterapkan dan menyediakan alternative terhadap gaya fungsionalisme structural Parsonsian. Hal itu terwujud pada tahun 1961 dengan terbitnya buku Social Behavior: Its Elementary Forms.Menurut Homans, jantung sosiologi terletak dalam sinteraksi dan perilaku individual. Perhatian utamanya lebih tertuju pada pola-pola penguatan (reinforcement), sejarah imbalan (reward), dan biaya (cost) yang menyebabkan orang melakukan apa yang mereka lakukan. Homans menyatakan bahwa orang terus mengerjakan apa-apa yang di masa lalu mendapat imbalan. Sebaliknya, orang akan berhenti melakukan sesuatu yang telah terbukti menimbulkan kerugian individual. Seperti terkesan dari namanya, teori pertukaran tak hanya memusatkan perhatian pada perilaku individu, tetapi juga pada interaksi antara individu yang menyebabkan terjadinya pertukaran imbalan/hadiah dan kerugian. Dasar pikirannya adalah bahwa interaksi kemungkinan berlanjut bila ada pertukaran imbalan. Sebaliknya, interaksi yang menimbulkan kerugian terhadap salah seorang atau terhadap kedua belah pihak sangat kecil kemungkinannya berlanjut. Pernyataan teoritisi lainnya dalam teori pertukaran terdapat dalam buku Peter Blau, Exchange and Power in Social Life, terbit tahun 1964.

Analisis Dramaturgis: Karya Erving Goffman
Pernyataan paling terkenal Goffman tentang teori Dramaturgis berupa buku Presentation of Self in Everyday Life, diterbitkan tahun 1959. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa Goffman banyak kesamaan antara pementasan teater dengan berbagai jenis peran yang kita mainkan dalam interaksi dan tindakan sehari-hari. Interaksi dilihat sangat rapuh, dipertahankan oleh kinerja sosial. Di semua interaksi sosial terdapat semacam bagian depan (front region) yang ada persamaannya dengan pertunjukan teater. Aktor, baik di pentas maupun dalam kehidupan sosial sehari-hari, sama-sama menarik perhatian karena penampilan kostum yang dipakai dan peralatan yang digunakan. Selanjutnya, di kedua jenis pertunjukan itu ada bagian belakangnya (back region), yakni tempat yang memungkinkan actor mundur guna menyiapkan diri untuk pertunjukan berikutnya. Di belakang layar atau di depan layar para aktor dapat berganti peran dan memerankan diri mereka sendiri-sendiri. Analisis Dramaturgis jelas konsisten dengan pendirian Interaksionisme Simbolik. Analisis ini tetap memusatkan perhatian pada actor tindakan dan interaksi.

Sosiologi Fenomenologi dan Karya Alfred Schutz (1899-1959)
Upaya mengembangkan studi sosiologi berdasarkan filsafat fenomenologi baru muncul dengan terbitnya karya Schutz The Phenomenology of Social World di Jerman tahun 1932. Schutz memusatkan perhatian pada cara orang memahami kesadran orang lain sementara mereka hidup dalam aliran kesadaran mereka sendiri. Schutz juga menggunakan perspektif intersubjektivitas dalam pengertian lebih luas untuk memahami kehidupan sosial. Schutz membedakan dunia kehidupan antara hubungan tatap muka yang akrab dan hubungan impersonal dan renggang. Secara keseluruhan Schutz memusatkan perhatian pada hubungan dialektika antara cara individu membangun realitas sosial dan realitas cultural yang mereka warisi dari para pendahulu mereka dalam dunia sosial.


Etnometodologi
Etnometodologi pada dasarnya adalah studi tentang kumpulan pengetahuan berdasarkan akal sehat dan rangkaian prosedur dan pertimbangan metode yang dapat dipahami anggota masyarakat biasa dan yang mereka jadikan sebagai landasan untuk bertindak.

Perkembangan dan Kemunduran Sosiologi Marxian
Teoritisi Amerika terutama tertarik pada karya aliran kritis, karena aliran itu menggabungkan pemikiran teoritisi Marxian dan Weberian. Beberapa jurnal mencurahkan perhatian besar terhadap teori sosiologi Marxian, termasuk Theory and Society, Telos, and Marxist Studies. Pada 1977 The American Sociological Association membentuk seksi sosiologi Marxis. Tetapi, dfengan runtuhnya rezim Uni Soviet dan rezim Marxis di seluruh dunia, teori Marxian pun rontok pada 1990an. Sebagian pakar tetap belum berhasil merekonstruksi ulang teori Marxis yang lain terpaksa mengembangkan versi baru teori Marxian. Kelompok lain tiba pada kesimpulan bahwa teori Marxian harus dibuang.

Tantangan Teori Feminis
Di dalam masyarakat barat, kita dapat melacak kembali tulisan feminis kritis kemasa 500 tahun yang lalu, dan ada gerakan terorganisir dari dan untuk perempuan selama lebih dari 150an. Ciri utama gerakan wanita internasional ditandai oleh ledakan pertumbuhan literature baru tentang wanita yang melukiskan semua spek pengalaman dan kehidupan wanita yang tak terpikirkan hingga kini. Literatur ini yang terkenal sebagai studi wanita, adalah karya komunitas penulis internasional dan interdisipliner yang berasal dari dalam dan luar universitas. Jurnal yang menimbulkan perhatian sosiolog atas teori feminis, antara lain Signs, Feminist Studies, Sociological Inquiry, dan Gender and Society, akan tetapi jarang ada jurnal sosiologi yang tidak dapat disebut pro-feminis. Pandangan ini secara dramatis menggoyahkan pemahaman kita tentang kehidupan sosial. Tulisa-tulisan feminis kini mendapat banyak kritik dalam sosiologi. Mereka menawarkan paradigma baru untuk studi kehidupan sosial. Karena semua alasan inilah implikasi teori feminis terus meningkat menjadi aliran utama disiplin sosiologi, terlibat dalam seluruh subspesialisnya, memngaruhi berbagai teori yang sudah lama mapan, mikro maupun makro, dan berinteraksi dengan perkembangan aliran pst-strukturalis dan post-modern.


Strukturalisme dan Post-Strukturalisme
Perkembangan yang telah disinggung sedikit diatas adalah peningkatan perhatian terhadap strukturalisme (Lemert, 1990). Ketika strukturalisme tumbuh di dalam sosiologi, di luar sosiologi berkembang pula post-strukturalisme. Tokoh utama post-strukturalisme ini adalah Michael Foucalt. Dalam karya awalnya, Foucalt meusatkan perhatian pada struktur tetapi kemudian ia beralih keluar struktur, memusatkan perhatian pada kekuasaan dan hubungan antara penegtahuan dan kekuasaan. Lebih umum lagi, penganut post-strukturalisme mengakui arti struktur, tetapi berpikir lebih jauh lagi melampaui struktur yang mencakup sejumlah besar masalah lain. Post-strukturalisme tak hanya penting dalam dirinya sendiri, tetapi juga penting karena sering dilihat sebagai pemikiran pendahuluan bagi teori sosial post-modern.

Perkembangan Terkini Dalam Teori Sosial
Integrasi Mikro-Makro
Banyak sekali karya paling akhir dalam teori sosiologi Amerika yang memusatkan perhatian pada hubungan antara teori-teori mikro dan makro serta menyatukan antara berbagai tingkat analisis Ritzer hendak menegaskan bahwa hubungan mikro makro muncul sebagai masalah sentral dalam teori sosiologi amerika pada tahun 1980an dan terus menjadi sasaran perhatian pada 1990an. Ritzer mencoba membangun sebuah paradigma sosiologi yang terintegrasi dengan mengintegrasikan tingkat mikro makro, baik dalam bentuk obyektifnya maupun subyektifnya. Ada empat tingkatan utama analisi sosial yang harus dijelaskan menurut cara yang terintegrasi: subyektifitas makro, obyektifitas makro, subyektifitras mikro, dan obyektifitas mikro. Jeffrey Alexandre telah menciptakan sosiologi multidimensional yang paling tidak sebagian, sependapat dengan model tingkatan analisis yang sangat menyerupai model yang dikembangkan Ritzer.


Integrasi Agen-Struktur
Di Eropa orang memusatkan perhatianyya pada analisis integrasi agen-struktur (Sztompka, 1994) Sejalan dengan pertumbuhan minat terhadap analisis inteegrasi mikro-makro di Amerika, di Eropa orang memusatkan perhatian pada analslisis integrasi agen struktur. Meski banyak kesaman mikro makro dan agen struktur namun ada juga perbedaan substansialnya ada 4 upaya analisis sub utama dalam teori sosial Eropa masa kini yang dapat dihimpun di bawah topic integrasi agen struktur. Pertama adalah teori Strukturasi, Anthony Giddens. Kunci pendekatan Giddens adalah bahwa ia melihat agen dan struktur sebagai dualitas, artinya keduanya dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam buku Bourdieu, masalah agen struktur diterjemahkan menjadi pemusatan perhatian terhadap hubungan antara habitus dan bidang atau lapangan. Habitus adalah struktur mental atau kognitif yang diinternalkan yang melaluinya individu memahami kehidupan sosial. Lapangan adalah jaringan hubungan antara berbagai posisi obyektif.


2

George Herbert Mead mengembangkan teori atau konsep yang dikenal sebagai Interaksionisme Simbolik. Berdasar dari beberapa konsep teori dari tokoh – tokoh yang mempengaruhinya beserta pengembangan dari konsep – konsep atau teori – teori tersebut, Mead mengemukakan bahwa dalam teori Interaksionisme Simbolik, ide dasarnya adalah sebuah symbol, karena symbol ini adalah suatu konsep mulia yang membedakan manusia dari binatang. Simbol ini muncul akibat dari kebutuhan setiap individu untuk berinteraksi dengan orang lain. Dan dalam proses berinteraksi tersebut pasti ada suatu tindakan atau perbuatan yang diawali dengan pemikiran. Dalam tinjauannya di buku Mind, Self and Society, Mead berpendapat bahwa bukan pikiran yang pertama kali muncul, melainkan masyarakatlah yang terlebih dulu muncul dan baru diikuti pemikiran yang muncul pada dalam diri masyarakat tersebut. Dan analisa George Herbert Mead ini mencerminkan fakta bahwa masyarakat atau yang lebih umum disebut kehidupan social menempati prioritas dalam analisanya, dan Mead selalu memberi prioritas pada dunia social dalam memahami pengalaman social karena keseluruhan kehidupan social mendahului pikiran individu secara logis maupun temporer. Individu yang berpikir dan sadar diri tidak mungkin ada sebelum kelompok social . Kelompok social hadir lebih dulu dan dia mengarah pada perkembangan kondisi mental sadar – diri.
Dalam teorinya yang dinamakan Interaksionisme Simbolik ini, George Herbert Mead mengemukakan beberapa konsep yang mendasari teori yang ada, yaitu:
Tindakan
Perbuatan bagi George Herbert Mead adalah unit paling inti dalam teori ini, yang mana Mead menganalisa perbuatan dengan pendekatan behavioris serta memusatkan perhatian pada stimulus dan respon. Mead mengemukakan bahwa stimulus tidak selalu menimbulkan respon otomatis seperti apa yang diperkirakan oleh actor, karena stimulus adalah situasi atau peluang untuk bertindak dan bukannya suatu paksaan.
Mead menjelaskan bahwa ada empat tahap yang masing-masing dari tahap tersebut saling berkaitan satu sama lain dalam setiap perbuatan.
1. Impuls adalah tahap paling awal dalam keempat tahap diatas. Dia adalah reaksi yang paling awal dimana dia berfungsi untuk dirinya sendiri. Impuls melibatkan stimulasi inderawi secara langsung dimana respon yang diberikan oleh actor adalah bertujuan untuk kebutuhan dirinya sendiri. Contohnya adalah ketika seseorang mempunyai keinginan untuk menonton film di bioskop.
2. Persepsi adalah tahapan kedua, dimana dia adalah pertimbangan, bayangan maupun pikiran terhadap bagaimana cara untuk bisa memenuhi impuls. Dalam tahapan ini, actor memberikan respon atau bereaksi terhadap stimulus yang berkaitan dengan impuls tadi. Misal, berkaitan dengan contoh impul diatas, ketika seseorang ingin menonton film di bioskop, maka dia akan mencari
3. Manipulasi adalah tahapan selanjutnya yang masih berhubungan dengan tahap-tahap sebelum. Dalam tahapan ini actor mengambil tindakan yang berkaitan dengan obyek yang telah dipersepsikan. Bagi Mead, tahapan ini menciptakan jeda temporer dalam proses tersebut, sehingga suatu respon tidak secara langsung dapat terwujud.
4. Konsumsi adalah upaya terakhir untuk merespon impuls. Dalam tahapan ini, dengan adanya pertimbangan maupun pemikiran secara sadar, actor dapat mengambil keputusan atau tindakan yang umumnya akan berorientasi untuk memuaskan impuls yang ada di awal tadi.
Gestur
Mead mempunyai pandangan bahwa gesture merupakan mekanisme dalam perbuatan social serta dalam proses social. Gestur adalah gerak organisme pertama yang bertindak sebagai stimulus yang menghasilkan respon dari pihak kedua sesuai dengan apa yang diinginkan.
Simbol
Simbol, dia adalah jenis gestur yang hanya bisa dilakukan dan diinterpretasikan oleh manusia. Gestur ini menjadi symbol ketika dia bisa membuat seorang individu mengeluarkan respon – respon yang diharapkan olehnya yang juga diberikan oleh individu yang menjadi sasaran dari gesturnya, karena hanya ketika symbol – symbol ini dipahami dengan makna juga respon yang samalah seorang individu dapat berkomunikasi dengan individu yang lainnya.
Dalam teori George Herbert Mead, fungsi symbol adalah memungkinkan terbentuknya pikiran, proses mental dan lain sebagainya.
Mind (Pikiran)
George Herbert Mead memandang akal budi bukan sebagai satu benda, melainkan sebagai suatu proses social. Sekali pun ada manusia yang bertindak dengan skema aksi reaksi, namun kebanyakan tindakan manusia melibatkan suatu proses mental, yang artinya bahwa antara aksi dan reaksi terdapat suatu proses yang melibatkan pikiran atau kegiatan mental.
Pikiran juga menghasilkan suatu bahasa isyarat yang disebut symbol. Simbol – simbol yang mempunyai arti bisa berbentuk gerak gerik atau gesture tapi juga bisa dalam bentuk sebuah bahasa. Dan kemampuan manusia dalam menciptakan bahasa inilah yeng membedakan manusia dengan hewan. Bahasa membuat manusia mampu untuk mengartikan bukan hanya symbol yang berupa gerak gerik atau gesture, melainkan juga mampu untuk mengartikan symbol yang berupa kata – kata. Kemampuan ini lah yang memungkinkan manusia menjadi bisa melihat dirinya sendiri melalui perspektif orang lain dimana hal ini sangatlah penting dalam mengerti arti – arti bersama atau menciptakan respon yang sama terhadap symbol – symbol suara yang sama. Dan agar kehidupan social tetap bertahan, maka seorang actor harus bisa mengerti symbol – symbol dengan arti yang sama, yang berarti bahwa manusia harus mengerti bahasa yang sama. Proses berpikir, bereaksi, dan berinteraksi menjadi mungkin karena symbol – symbol yang penting dalam sebuah kelompok social mempunyai arti yang sama dan menimbulkan reaksi yang sama pada orang yang menggunakan symbol – symbol itu, maupun pada orang yang bereaksi terhadap symbol – symbol itu.
Mead juga menekankan pentingnya fleksibilitas dari mind (akal budi). Selain memahami symbol-simbol yang sama dengan arti yang sama, fleksibilitas juga memungkinkan untuk terjadinya interaksi dalam situasi tertentu, meski orang tidak mengerti arti dari symbol yang diberikan. Hal itu berarti bahwa orang masih bisa berinteraksi walaupun ada hal – hal yang membingungkan atau tidak mereka mengerti, dan itu dimungkinkan karena akal budi yang bersifat fleksibel dari pikiran.
Simbol verbal sangat penting bagi Mead karena seorang manusia akan dapat mendengarkan dirinya sendiri meski orang tersebut tidak bisa melihat tanda atau gerak gerik fisiknya.
Konsep tentang arti sangat penting bagi Mead. Suatu perbuatan bisa mempunyai arti kalau seseorang bisa menggunakan akal budinya untuk menempatkan dirinya sendiri di dalam diri orang lain, sehingga dia bisa menafsirkan pikiran – pikirannya dengan tepat. Namun Mead juga mengatakan, bahwa arti tidak berasal dari akal budi melainkan dari situasi social yang dengan kata lain, situasi social memberikan arti kepada sesuatu.
Self (Diri)
Mead menganggap bahwa kemampuan untuk memberi jawaban pada diri sendiri layaknya memberi jawaban pada orang lain, merupakan situasi penting dalam perkembangan akal budi. Dan Mead juga berpendapat bahwa tubuh bukanlah riri, melinkan dia baru menjadi diri ketika pikran telah perkembang. Dalam arti ini, Self bukan suatu obyek melainkan suatu proses sadar yang mempunyai kemampuan untuk berpikir, seperti :
- Mampu memberi jawaban kepada diri sendiri seperti orang lain yang juga memberi jawaban.
- Mampu memberi jawaban seperti aturan, norma atau hokum yang juga memberi jawaban padanya.
- Mampu untuk mengambil bagian dalam percakapan sendiri dengan orang lain.
- Mampu menyadari apa yang sedang dikatakan dan kemampuan untuk menggunakan kesadaran untuk menentukan apa yang garus dilakukan pada fase berikutnya.
Bagi Mead, Self mengalami perkembangan melalui proses sosialisasi, dan ada tiga fase dalam proses sosialisasi tersebut. Pertama adalah Play Stage atau tahap bermain. Dalam fase atau tahapan ini, seorang anak bermain atau memainkan peran orang – orang yang dianggap penting baginya. Contoh ktika seorang anak laki – laki yang masih kecil suka akan bermain bola, maka dia meminta dibelikan atribut yang berhubungan degan bola dan brmain dengan atribut tersebut serta berpura – pura menjadi pesepak bola idolanya. Fase kedua dalam proses sosialisasi serta proses pembentukan konsep tentang diri adalah Game Stage atau tahap permainan, dimana dalam tahapan ini seorang anak mengambil peran orang lian dan terlibat dalam suatu organisasi yang lebih tinggi. Contoh Anak kecil yang suka bola yang tadinya hanya berpura – pura mengambil peran orang lain, maka dalam tahapan ini anak itu sudah berperan seperti idolanya dalam sebuah team sepak bola anak, dia akan berusaha untuk mengorganisir teamnya dan bekerjasama dengan teamnya. Dengan fase ini, anak belajar sesuatu yang melibatkan orang banyak, dan sesuatu yang impersonal yaitu aturan – aturan dan norma – norma. Sedang fase ketiga adalah generalized other, yaitu harapan-harapan, kebiasaan-kebiasaan, standar-standar umum dalam masyarakat. Dalam fase ini anak-anak mengarahkan tingkah lakunya berdasarkan standar-standar umum serta norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Contoh anak tadi dalam fase ini telah mengambil secara penuh perannya dalam masyarakat. Dia menjadi pesepak bola handal dan dalam menjalankan perannya sudah punya pemikiran dan pertimbangan. Jadi, dalam fase terakhir ini, seorang anak menilai tindakannya berdasarkan norma yang berlaku dalam masyarakat.
I and Me
Inti dari teori George Herbert Mead yang penting adalah konsepnya tentang “I” and “Me”, yaitu dimana diri seorang manusia sebagai subyek adalah “I” dan diri seorang manusia sebagai obyek adalah “Me”. “I” adalah aspek diri yang bersifat non-reflektif yang merupakan respon terhadap suatu perilaku spontan tanpa adanya pertimbangan. Dan ketika didalam aksi dan reaksi terdapat suatu pertimbangan ataupun pemikiran, maka pada saat itu “I” berubah menjadi “Me”.
Mead mengemukakan bahwa seseorang yang menjadi “Me”, maka dia bertindak berdasarkan pertimbangan terhadap norma-norma, generalized other, serta harapan-harapan orang lain. Sedangkan “I” adalah ketika terdapat ruang spontanitas, sehingga muncul tingkah laku spontan dan kreativitas diluar harapan dan norma yang ada.
Society (Masyarakat)
Masyarakat dalam konteks pembahasan George Herbert Mead dalam teori Interaksionisme Simbolik ini bukanlah masyarakat dalam artian makro dengan segala struktur yang ada, melainkan masyarakat dalam ruang lingkup yang lebih mikro, yaitu organisasi social tempat akal budi (mind) serta diri (self) muncul. Bagi Mead dalam pembahasan ini, masyarakat itu sebagai pola-pola interaksi dan institusi social yang adalah hanya seperangkat respon yang biasa terjadi atas berlangsungnya pola-pola interaksi tersebut, karena Mead berpendapat bahwa masyarakat ada sebelum individu dan proses mental atau proses berpikir muncul dalam masyarakat.
Jadi, pada dasarnya Teori Interasionisme Simbolik adalah sebuah teori yang mempunyai inti bahwa manusia bertindak berdasarkan atas makna – makna, dimana makna tersebut didapatkan dari interaksi dengan orang lain, serta makna – makna itu terus berkembang dan disempurnakan pada saat interaksi itu berlangsung.

            Sumber : Wikipedia Indonesia

  
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan vital bagi seorang individu. Kesehatan sendiri dapat diartikan sebagai suatu keadaan optimal pada seseorang baik dalam segi jasmani, rohani, dan sosial budayanya. Setiap orang dalam menjalani kehidupan tentunya sangat mengharapkan dirinya sehat. Apabila seseorang sakit maka dapat dipastikan bahwa orang tersebut  akan vakum untuk sementara waktu dalam menjalani aktifitasnya. Hal itu semakin parah apabila sakit yang diderita adalah sakit yang parah, tentunya akan semakin membuat orang tak bisa berbuat banyak.
Kemiskinan dan kesehatan adalah dua hal yang sangat berkaitan satu sama lain. Walaupun keduanya tidak berhubungan namun sekarang dapat dikaji keterkaitan antara keduanya. Dalam suatu masyarakat tentunya dapat dibedakan mana yang merupakan tergolong sebagai masyarakat kaya, menengah, dan miskin. Adanya penggolongan tersebut juga berimbas dalam masalah aspek kehidupannya, termasuk di dalamnya yaitu aspek kesehatan. Dapat diibaratkan misalnya dalam suatu keluarga yang tergolong kaya maka kualitas kehidupannya akan jauh lebih baik termasuk dalam urusan kesehatannya. Hal ini jelas berlawanan dengan keluarga yang tergolong miskin, jangankan memperhatikan kesehatan dalam urusan makan pun mereka terkesan kesulitan.
Kesehatan sangat berhubungan erat dengan kemiskinan di masyarakat. Hal itu disebabkan karena kesehatan akan didapat secara maksimal apabila orang tersebut juga tergolong mampu dalam hal materi. Apabila seseorang tergolong miskin maka kemungkinan akan sulit mendapatkan layanan kesehatan yang baik apabila sedang mengalami sakit karena terbengkalai masalah biaya. Hal itu sangat sering terjadi di Indonesia terlebih pada suatu keluarga miskin yang hidup di pinggiran maupun daerah kumuh. Bila dikaji sebenarnya hal itu tak sepantasnya terjadi karena kesehatan merupakan hak dari setiap individu, begitu juga dalam hal layanan kesehatan. Oleh sebab itu tak sepantasnya ada prosedur yang berbelit dan oknum nakal yang menyalahgunakan perannya dalam layanan kesehatan untuk mendapat keuntungan bagi individu maupun kelompok tertentu.
Kemampuan sebuah keluarga miskin dalam mendapatkan layanan kesehatan sebenarnya banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor. Tidak melulu terkait dengan faktor ekonomi tetapi juga menyangkut faktor yang berkaitan dengan diri individu itu sendiri maupun faktor lingkungan sosial di sekitarnya. Faktor-faktor tersebut kemudian menjadi suatu masalah bagi sebuah keluarga di saat keluarga tersebut sangat membutuhkan layanan kesehatan.
Masyarakat dalam mendapat layanan kesehatan yang sewajarnya selalu mendapatkan hambatan-hambatan yang dapat mempengaruhi niat dan tujuan seseorang untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Hal itu selalu terjadi di lapisan masyarakat menengah ke bawah karena memang dipengaruhi faktor-faktor yang bersifat intern maupun ekstern dari lingkungan masyarakat tersebut. Agar suatu pelayanan kesehatan dapat mencapai tahapan yang diharapkannya, maka harus memenuhi beberapa kriteria dalam pelayanan kesehatan yaitu meliputi :
1.      Ketersediaan Pelayanan Kesehatan
Artinya suatu pelayanan kesehatan akan bermutu apabila tersedia di dalam aspek kehidupan di dalam masyarakat.
2.      Kewajaran Pelayanan Kesehatan
Artinya pelayanan kesehatan dikatakan bermutu apabila dapat bersikap wajar, dalam arti dapat menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi.
3.      Kesinambungan dalam Pelayanan Kesehatan
Artinya pelayanan kesehatan dikatakan bermutu apabila dapat berkesinambungan, dalam arti tersedia setiap saat baik dalam hal waktu maupun kebutuhan pasien.
4.      Penerimaan Pelayanan Kesehatan
Artinya pelayanan kesehatan dikatakan telah berhasil dan bermutu apabila dapat diterima oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan.
5.      Ketercapaian dalam Pelayanan Kesehatan
Artinya pelayanan kesehatan dikatakan bermutu apabila dapat dicapai oleh pemakai layanan kesehatan tersebut.
6.      Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila dapat dijangkau oleh pemakai layanan kesehatan.
7.      Efisiensi Pelayanan Kesehatan
Artinya pelayanan kesehatan dikatakan bermutu apabila pelayanan kesehatan tersebut dapat dijalankan secara efisien.
8.      Mutu Pelayanan Kesehatan
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut dapat menyembuhkan pasien serta tindakan yang dilakukan aman.

Banyak upaya sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah maupun instansi terkait demi membantu mengatasi fator penghambat keluarga miskin mendapatkan layanan kesehatan. Salah satu di antaranya adalah dengan memberikan jamkesmas bagi keluarga miskin. Namun pada proses berjalannyaprogram tersebut banyak mengalami hambatan yang membuat program tersebut terkesan mati kutu dan tidak ada manfaat yang signifikan untuk memecahkan masalah kesehatan pada keluarga miskin. Hambatan itu misalnya prosedur yang terlalu berbelit dan terkesan mempersulit keluarga miskin, pelayanan kesehatan yang di bawah standar seharusnya, pelayanan yang tidak memuaskan dan hal-hal lain. Hal itu dapat dibuktikan dari fakta di lapangan bahwa banyak keluarga miskin yang mempunyai kartu jamkesmas namun masih merasa kesulitan dan enggan untuk mendapatkan layanan kesehatan. Dalam hal itu tidak sepenuhnya keluarga miskin dapat disalahkan karena hal itu bukan mutlak kesalahan dari keluarga miskin tersebut karena sesungguhnya mereka dipersulit.
            Pengertian Jamkesmas
Jaminan Kesehatan Masyarakat) adalah program pelayanan kesehatan gratis bagi masyarakat miskin yang sebelumnya disebut Asuransi Kesehatan untuk Masyarakat Miskin (Askeskin).
Program yang dimulai pada tahun 2008 ini dilanjutkan pada tahun 2009 karena (menurut pemerintah) terbukti meningkatkan akses rakyat miskin terhadap layanan kesehatan gratis. Program itu nantinya terintegrasi atau menjadi bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional yang bertujuan memberi perlindungan sosial dan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Jika Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) efektif diterapkan di Indonesia, program Jamkesmas akan disesuaikan dengan sistem itu. Salah satunya, pengaturan proporsi iuran pemerintah pusat dan daerah untuk pembiayaan pemeliharaan kesehatan rakyat miskin
Jamkesmas adalah suatu program yang coba dicanangkan oleh pemerintah untuk nantinya dapat berguna membantu dalam mendapatkan layanan kesehatan di instalasi kesehatan tertentu. Hal itu tentu saja sangatlah membantu kalangan masyarakat terutama yang tergolong sebagai keluarga miskin karena beban mereka sedikit berkurang dan dapat sedikit lebih lega dalam masalah kesehatan. Namun hal itu dapat terlaksana apabila prosedur yang sewajarnya dapat dilaksanakan oleh semua personil yang berperan dalam masalah tersebut. Tetapi fakta yang terjadi sebenarnya di lapangan tidak sesuai dengan apa nyang diharapkan karena telah diketahui bahwa ternyata program tersebut seakan sedikit dipersulit dalam mengaksesnya. Masyarakat terutama yang tergolong masyarakat miskin yang semula bersifat antusias tampaknya mulai sedikit berkurang. Banyak hal yang mempengaruhinya salah satunya yaitu prosedur yang berbelit-belit untuk mendapat surat yang digunakan untuk merujuk ke instalasi kesehatan tertentu dan hal yang lain yang juga menjadi faktor penghambat masyarakat dalam mengakses program layanan tersebut. Namun di sisi lainnya, ternyata ditemukan fakta bahwa ada sebagian masyarakat yang memberikan sikap yang positif dalam pelaksanaan program kesehatan tersebut. Hal itu dapat dilihat dari sikap positif yang ditunjukkan oleh masyarakat dalam masalah terkait pelayanan dokter, kebersihan lingkungan instalasi kesehatan, ketersediaan obat, dan pengurusan surat terkait masalah program Jamkesmas.

Pelayanan kesehatan peduli penduduk miskin meliputi upaya-upaya sebagai berikut:
1.      Membebaskan biaya kesehatan dan mengutamakan masalah-masalah kesehatan yang banyak diderita masyarakat miskin seperti TBC, malaria, kurang gizi, PMS dan berbagai penyakit infeksi lain dan kesehatan lingkungan.
2.      Mengutamakan penanggulangan bagi penyakit penduduk yang tidak mampu
3.      Meningkatkan penyediaan serta efektifitas berbagai pelayanan kesehatan masyarakat yang bersifat non personal seperti penyuluhan kesehatan, regulasi pelayanan kesehatan termasuk penyediaan obat, keamanan dan fortifikasi makanan, pengawasan kesehatan lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja.
4.      Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan penduduk tidak mampu
5.      Realokasi berbagai sumber daya yang tersedia dengan memprioritaskan pada daerah miskin
6.      Meningkatkan partisipasi dan konsultasi dengan masyarakat miskin. Masalah kesehatan masyarakat bukan masalah pemerintah saja melainkan masalah masyarakat itu sendiri karena perlu dilakukan peningkatan pemberdayaan

Layanan kesehatan
            Pelayanan kesehatan merupakan faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan, dan ke[perawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan (dalam Effendy, 1998:152).
            (Menurut Kasl dan Cobb, 1996) biasanya orang terlibat dalam kegiatan medis karena tiga alasan yaitu, pertama untuk pencegahan penyakit atau pemeriksaan kesehatan pada saat gejala penyakit belum dirasakan (perilaku sehat). Kedua untuk mendapatkan diagnosis penyakit dan tindakan yang diperlukan jika ada gejala penyakit yang dirasakan (perilaku sehat). Ketiga untuk mengobati penyakit jika penyakit tertentu telah dipastikan, agar sembuh dan sehat seperti sediakala atau penyakit tidak bertambah parah.
Menurut Aday dan Anderson (1974) sistem pemberian layanan kesehatan meliputi distribusi sumber daya, misalnya tenaga dan uang yang dianggarkan untuk layanan kesehatan, cara memperoleh layanan, dan struktur organisasi pelayanan. Selain itu juga dipengaruhi oleh kemampuan keluarga seperti penghasilan jangkauan asuransi kesehatan dan pelayanan regular serta sumber daya komunitas seperti tersedianya dan kemudahan pelayanan medik (Muzaham 1995:61).

Kecenderungan meningkatnya biaya pemeliharaan kesehatan menyulitkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya. Keadaan ini terjadi terutama pada keadaan dimana pembiayaannya harus ditanggung sendiri ("out of pocket") dalam sistim tunai ("fee for service").

Kenaikan biaya kesehatan terjadi akibat penerapan teknologi canggih, karakter supply induced demand
dalam pelayanan kesehatan, pola pembayaran tunai langsung ke pemberi pelayanan kesehatan, pola penyakit kronik dan degeneratif, serta inflasi. Kenaikan biaya pemeliharaan kesehatan itu semakin sulit diatasi oleh kemampuan penyediaan dana pemerintah maupun masyarakat. Peningkatan biaya itu mengancam akses dan mutu pelayanan kesehatan dan karenanya harus dicari solusi untuk mengatasi masalah pembiayaan kesehatan ini.

Solusi masalah pembiayaan kesehatan mengarah pada peningkatan pendanaan kesehatan agar melebihi 5% PDB sesuai rekomendasi WHO, dengan pendanaan pemerintah yang terarah untuk kegiatan public health seperti pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan, promosi kesehatan serta pemeliharaan kesehatan penduduk miskin. Sedangkan pendanaan masyarakat harus diefisiensikan dengan pendanaan gotong-royong untuk berbagi risiko gangguan kesehatan, dalam bentuk jaminan kesehatan.

Pokok utama dalam pembiayaan kesehatan adalah:
a. Mengupayakan kecukupan/adekuasi dan kesinambungan pembiayaan kesehatan pada tingkat pusat dan daerah .
b. Mengupayakan pengurangan pembiayaan OOP dan meniadakan hambatan pembiayaan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terutama kelompok miskin dan rentan melalui pengembangan jaminan
c. Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatan.


Penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin mempunyai arti penting karena 3 alasan pokok:
1. Menjamin terpenuhinya keadilan sosial bagi masyarakat miskin, sehingga pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin mutlak mengingat kematian bayi dan kematian balita 3 kali dan 5 kali lebih tinggi dibanding pada keluarga tidak miskin. Di sisi lain penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang baik bagi masyarakat miskin, dapat mencegah 8 juta kematian sampai tahun2010.
2. Untuk kepentingan politis nasional yakni menjaga keutuhan integrasi bangsa dengan meningkatkan upaya pembangunan (termasuk kesehatan) di daerah miskin dan kepentingan politis internasional untuk menggalang kebersamaan dalam memenuhi komitmen global guna mnurunkan kemiskinan melalui upaya kesehatan bagi keluarga miskin.
3. Hasil studi menunjukan bahwa kesehatan penduduk yang baik, pertumbuhan ekonomi akan baik pula dengan demikian upaya mengatasi kemiskinan akan lebih berhasil.
Upaya-upaya pelayanan kesehatan penduduk miskin, memerlukan penyelesaian menyeluruh dan perlu disusun strategi serta tindak pelaksanaan pelayanan kesehatan yang peduli terhadap penduduk miskin. Pelayanan kesehatan peduli penduduk miskin meliputi upaya-upaya sebagai berikut:
1. Membebaskan biaya kesehatan dan mengutamakan masalah-masalah kesehatan yang banyak diderita masyarakat miskin seperti TB, malaria, kurang gizi, PMS dan pelbagai penyakit infeksi lain dan kesehatan lingkungan.
2. Mengutamakan penanggulangan penyakit penduduk tidak mampu
3. Meningkatkan penyediaan serta efektifitas pelbagai pelayanan kesehatan masyarakat yang bersifat non personal seperti penyuluhan kesehatan, regulasi pelayanan kesehatan termasuk penyediaan obat, keamanan dan fortifikasi makanan, pengawasan kesehatan lingkungan serta kesehatan dan keselamatan kerja.
4. Meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan penduduk tidak mampu
5. Realokasi pelbagai sumber daya yang tersedia dengan memprioritaskan pada daerah miskin
6. Meningkatkan partisipasi dan konsultasi dengan masyarakat miskin. Masalah kesehatan masyarakat bukan masalah pemerintah saja melainkan masalah masyarakat itu sendiri karena perlu dilakukan peningkatan pemberdayaan masyarakat miskin.
b. Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)
Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 23/ 1992 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia, masih cukup tinggi, yaitu AKB sebesar 26,9 per 1000 kelahiran hidup dan AKI sebesar 248 per 100.000 kelahiran hidup serta Umur Harapan Hidup 70,5 Tahun (BPS 2007). Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses pelayanan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang mahal. Untuk menjamin akses penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945, sejak tahun 2005 telah diupayakan untuk mengatasi hambatan dan kendala tersebut melalui pelaksanaan kebijakan Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin. Program ini diselenggarakan oleh Departemen Kesehatan melalui penugasan kepada PT Askes (Persero) berdasarkan SK Nomor 1241/Menkes /SK/XI/2004, tentang penugasan PT Askes (Persero) dalam pengelolaan program pemeliharaan kesehatan bagi masyarakat miskin. Program ini dalam perjalanannya terus diupayakan untuk ditingkatkan melalui perubahan-perubahan sampai dengan penyelenggaraan program tahun 2008.. Perubahan mekanisme yang mendasar adalah adanya pemisahan peran pembayar dengan verifikator melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dari Kas Negara, penggunaan tarif paket Jaminan Kesehatan Masyarakat di RS, penempatan pelaksana verifikasi di setiap Rumah Sakit, pembentukan Tim Pengelola dan Tim Koordinasi di tingkat Pusat, Propinsi, dan Kabupaten/Kota serta penugasan PT Askes (Persero) dalam manajemen kepesertaan. Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penjaminan terhadap masyarakat miskin yang meliputi sangat miskin, miskin dan mendekati miskin, program ini berganti nama menjadi JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT yang selanjutnya disebut JAMKESNAS dengan tidak ada perubahan jumlah sasaran.
Tujuan Penyelenggaraan JAMKESMAS
Tujuan Umum :
Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien.
Tujuan Khusus:
a. Meningkatnya cakupan masyarakat miskin dan tidak mampu yang mendapat pelayanan kesehatan di Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit
b. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin
c. Terselenggaranya pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel
Sasaran
Sasaran program adalah masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak termasuk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnya.

Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Populer